Bend It Like Lin Dan
Jika dahulu sempat ada film "Bend it like Beckham" mengingat keterkenalan dari pemain sepak bola Inggris yakni David Bechkam, kenapa tidak ada hal sama berlangsung pada Lin Serta? Tekuklah seperti Beckham, film yang ada tahun 2002. Harusnya sekarang tahun 2020, bisa timbulkan Bend it Like Lin Serta. Tekuklah punggungmu seperti Lin Serta yang menelusuri 6x5 mtr. luas lapangan sendiri, dari keseluruhan 13,40 x 6,1 mtr. tempat bulu tangkis.
Lin Serta sebagai wakil generasi terus-terusan dalam bulu tangkis. Waktu sang LD telah main di Asian Games, sang Antony Sinisuka Ginting baru TK 0 besar. Ihsan Maulana Mustofa satu tahun lalu keluar dari pelatnas (walau sebenarnya dapat menaklukkan LD) waktu LD merampas piala Thomas pertama-tama, baru umur 9 (sembilan) tahun.
LD jelas adalah momok buat team Indonesia. Semenjak LD jadi ujung tombak beregu Thomas, kita tidak pernah menjadi juara Thomas Cup lagi. Waktu RRC kehilangan piala Thomas tahun 2014, sebab Lin Serta di turunkan untuk tunggal ke-3 (alias partai kelima), yang waktu itu kalah menantang Jepang 0-3 di semi-final.
Tahun 2016 RRC kalah menantang Korea 3-1 di perempat final, serta LDlah yang memberi satusatunya pon itu. Untungnya pada final All England 2018, LD kalah menantang kompatriotnya sendiri --yaitu Shi Yuqi- hingga rekor Rudy Hartono tidak dapat disamai oleh pemain mana saja dari muka bumi. LD hampir memenangkan All England sekitar 7 kali, sedang Rudy 8 kali.
Seminggu lalu --di bulan Juli- Lin Serta pensiun. Seingat saya LD ini mengundang perhatian mulai tahun 2002 di Asian Games Busan Korea. Waktu usia 18 tahun sang LD dapat ke semi-final perseorangan, sebelum kalah sama Taufik Hidayat (TH). Cuma perlu 2 (dua) tahun, LD selanjutnya jadi tunggal terkuat Tiongkok waktu Thomas cup 2004 di Jakarta. Tiongkok mendapatkan jawara piala Thomas, sesudah mereka zonk semasa 12 tahun lamanya. Tahun 1994-2002 piala itu ngendon di tanah air kita terkasih. Sesudah pernah singgah ke Malaysia sekali pada tahun 1992.
Tahun 2004 itu saya melihat live performa LD. Pas di tribun depan, belakang pemain. Ceritanya beberapa calo Senayan salah terka waktu itu. Mereka berpikir Indonesia dapat ke final, hingga ticket mereka borong habis. Rupanya Indonesia kalah sama Denmark di semi-final. Apesnya lagi (apes buat beberapa calo) laga final dimundurin hampir pagi hari, kemungkinan untuk penuhi hasrat pemirsa Eropa serta RRC.
Hingga beberapa penggemar bulu tangkis dari Barat lihat partai itu cocok prime time. Tahun 2004 itu beberapa calo banting harga. Ticket mereka jual separoh harga. Serta memang di setadion sedikit pemirsa, cuma simpatisan Tiongkok yang kuasai ajang.
Senangnya lihat live ialah melihat insiden yang tidak dapat tercover oleh camera tv. Partai tersengit waktu itu ialah tunggal ke-2. Waktu Bao Cunlai (CHN) menaklukkan Kennet Johansen (DEN) lewat rubber set. Karena sangat hebat serta lamanya laga, Kenneth johansen meminta tukar celana sama wasit.
Wasit tentu saja tidak membolehkan, sebab prosedur tukar celana perlu waktu lama. Tetapi kennet johansen ngotot, dan berteriak mengarah official team Denmark untuk melempar celana. Peter gade responsif, ia terlepas celana lalu dibuang ke tengah laga. Kennet menangkapnya, lalu celana lama dicabut serta balik dibuang kea rah peter gade.
Jadi ke-2 pemain yang sama-sama lempar lemparan ini pernah hanya dengan bekal sempak (swim pack). Kennet kalah 12-15 di set ke-3. Terlihat ia demikian menyesal, nampak dari duduk menyendiri bertumpu tembok --di bawah tribun pemirsa.
Peter Gade sendiri waktu itu kalah menantang Lindan pada partai pertama. LD terlihat demikian emosional rayakan kemenangannya. Sekalian lempar kaos, berteriak kuat, 1/2 duduk 1/2 berdiri mengepalkan tangan ke udara. Desakan partai itu memang demikian berat. Peter gade kelihatannya memancing emosi LD dengan tunda nunda waktu servis, dan waktu terima servis. Hingga saat LD menang, kemungkinan berasa plong, begitu.